Kamis, 29 Mei 2014

my biografi

Di sebuah desa yang damai dan tentram terdapat sebuah keluarga yang sederhana. Keluarga kecil itu melahirkan seorang anak gadis yang sangat mereka tunggu-tunngu kehadirannya. LISNAWATI adalah  nama gadis itu, kadang dipanggil Lisna. Inna adalah pangngilan masa kecil saya.
 Saya dilahirka di Bone lapri sulawesi selatan pada tanggal 20 mei 1993 dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kekurangan apapun. Tapi menurut cerita, saat saya ingin dilahirkan, satu hari satu malam ibu saya mengalami kesakitan dan keluarga berfikiran bahwa saya dan ibunda saya salah satunya tidak akan selamat. Tapi alhamdulillah berkat kuasa dan pertolongan allah saya dan ibunda saya selamat melewati masa yang menegangkan. Mungkin karena anak pertama kali yah jadi agak susah.
 Saya adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pernikahan ibunda Nadira dan ayahanda Johasan. Adik saya yang pertama bernama Muh. Yakup, adik yang kedua bernama Makmur Jaya, dan yang ketiga bernama Nabila Sintiawati. Orang tua dan adik saya sekarang menetap di Mamuju Sulawesi Barat. Orang tua saya ke Mamuju pada tahun 2000, awalnya ibuku Cuma berangkat sendiri karena dipanggil sama saudaranya. Waktu itu bapak sedang merantau kedaerah orang dan ibu tidak sanggup hidup seatap sama nenek saya (mertua ibu) karena ada masalah tertentu yang belum bisa saya tahu waktu itu.
Ibu saya berasal dari Bone dan bapak dari Takalar jadi wajar saja kalau saya menguasai bahasa bugis-makassar. saya bisa dikatakan kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tua saya. Dari kecil saya sudah hidup terpisah dengan mama-bapak. Kehidupan kedua orang tua saya dulu bisa dikatakan kurang romantis karena ada masalah orang tua atau dapat dikatakan nenek saya dari bapak tidak menyukai ibu saya. jadi, yah mereka sempat memperebutkan saya, tapi walau bagaimana pun juga saya tetap akan memilih mama yang telah melahirkan saya.
Saat saya mulai ditinggal sama ibu-bapak, saya jarang sekali bertemu dengan mereka. Saya sangat bersyukur jika bisa bertemu dengan mereka sekali dalam setahun. Pernah suatu hari saat bapak saya sedang merantau ke daerah orang, saya dan ibu ditinggal dirumah nenek. Hari itu orang yang bersama bapak saya berangkat merantau pulang ke kampung. Saya dan ibu bertamu kerumahnya untuk mengetahui keadaan bapak dan menanyakan kenapa dia tidak ikut pulang, tapi saat itu saya tidak tahu jawabannya apa.
Hari demi hari berlalu tapi bapak belum datang juga. Saya sangat kasihan melihat ibu, saya bisa merasakan apa yang dia rasakan. Selain rasa rindunya kepada bapak dia juga serasa hidup dengan orang lain karena sikap nenek terhadap ibu yang belum bisa  menerimanya. Pada suatu waktu ibu pergi ke Bone, saya tidak tahu untuk apa. tapi, setelah itu dia tidak kembali. Saya tahu mungkin ibu saya sudah tidak tahan lagi dengan sikap nenek saya. Sebenarnya dia mau membawa saya pergi tapi nenek tidak mengizinkan. Sejak saat itu saya tinggal di Takalar sulawesi selatan bersama nenek dan kakek saya. Saya sekolah disana sampai saya menginjak kelas tiga SD, setelah itu saya diajak oleh ibu untuk pindah ke daerah  Lapri. Disana saya tinggal lagi bersama nenek dari ibu hingga sekolah dasar saya selesai.
Belum lama saya berada di rumah ibu, bapak saya datang untuk mengambil saya, katanya kakek saya kangen. Hari itu saya mau ikut tapi saat saya melangkahkan kaki saya naik kemobil, saya tidak tahu kenapa saya tidak bisa meninggalkan ibu saya. Saya langsung berlari mendekati ibu saya dan menangis sambil memeluknya. Saya dapat melihat kekecewaan diwajah bapak saya. Tapi saya lebih memilih ibu saya.
            Setelah saya meluluskan sekolah dasar, saya menyusul kedua orang tua saya ke Mamuju. Di sana saya melanjutkan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Kehidupan saya saat SMP lumayan bahagia karena saya bisa hidup seatap dengan keluarga kecil saya yaitu ibu, bapak dan ketiga adiknya. Tapi saat saya melanjutkan sekolah ke SMA saya kembali berpisah dengan kedua orang tua saya. Jarak sekolah dari rumah cukup jauh, perjalanan dapat ditempuh selama dua jam, jadi kedua orang tua saya bersepakat agar saya tinggal di rumah keluarga yang ada di Pasangkayu.
Kehidupan saya di sana dapat dikatakan menyedihkan karena setiap hari saya harus bekerja sebelum berangkat ke sekolah dan kadang saya terlambat masuk sekolah karena pekerjaan belum selesai. Saya hanya bisa menelan ludah karena tak bisa berbuat apa-apa. Sepulang sekolah pun saya tidak pernah istirahat untuk menghilangkan lelah karena harus membantu om dan tante jualan COTO MAKASSAR. Kegiatan di sekolah pun saya jarang mengikuti karena saya tak diizinkan. Maklum om dan tante termasuk orang yang ahli ibadah. Saya sangat tertekan berda di sana tapi alhamdulillah saya dapat melalui itu semua dengan kesabaran walaupun kadang saya marah-marah dalam hati saat saya sudah merasa capek dan pekerjaan masih numpuk.
Setelah saya lulus SMA saya mencoba mendaftar di UNIVERSITAS TADULAKO Palu.  Walaupun kedua orang tua sempat membuat saya patah semangat karena masalah biaya yang kurang tapi itu tak membuat saya mundur. Dengan semangat yang luar biasa saya bekerja diwarung tante untuk mendapatkan uang agar saya bisa melakukan pendaftaran. Masalah biaya kuliah itu urusan kedua yang penting saya bisa mendaftar dan lulus. Tapi Allah berkehendak lain, setelah saya mengikuti tes dan waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Saat saya melihat bahwa saya tidak lulus, itu tidak membuat saya berputus asa. mungkin rejeki saya tidak terdapat disana tapi ditempat lain. 
            Saya bersama teman yang merupakan tetengga saya di kampung sekaligus teman saya sejak SMP. Saya berdua melakukan perjalanan ke Makassar untuk beradu nasib, dan  ternyata Allah menakdirkan saya dan teman untuk menuntut ilmu di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR. Alhamdulillah kami lulus di sana dan mengambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Waktu itu Saya sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki di kota daeng ini jadi agak pusing sama jalannya. Tapi untung ada om yang bersedia menampung kami. Kami sekarang sudah menginjak semester empat. Dikampus, saya orangnya pemalu dan banyak diam tapi kalau sama teman-temannya didalam kelas saya cerewet juga, jadi mau dibilang pemalu nggak juga mau dibilang cerewet enggak juga, betulnya itu yang sedang-sedang aja.
            Di kelas saya menjabat sebagai bendahara kelas dan ayu yaitu teman saya dari kampung sebagai wakilnya. Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi saya berusaha bagaimana pun caranya agar kuliah saya bisa selesai dengan cepat dan mendapat nilai yang memuaskan. Selain saya bercita-cita menjadi seorang guru saya juga bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal dan karya-karya saya itu bisa masuk dalam kategori best seller, Amin.   
            Masa-masa kuliah saya lalui dengan senyum. Awalnya saya dan teman saya ngekost tapi saya berfikir dengan saya tinggal di rumah keluarga saya dapat meringankan beban kedua orang tua saya. Jadi, sejak itu saya pisah dengan teman saya yang bernama Ayu, maksudnya pisah tempat tinggal. Teman-taman kost saya semuanya baik, kami kayak satu keluarga. Makan bareng dan kadang satu piring kita berempat makmul kita Cuma empat orang dalam satu atap tapi beda kamar dan kadang kita juga tidur bareng dalam satu kamar hehehe maklum penakut. Tapi saat kita udah semester tiga dan masa kontrakan udah habis kita mencar deh cari tempat tinggal baru.
            Saya juga mempunyai teman-teman kelompok yang baik. Setiap pulang kuliah kita ngumpulnya di kost, kadang kalau lagi stres gara-gara tugas tempat pelampiasan kita itu di tanjung. Hahaha, anak-anak tanjungji pale, tapi yang kita liat itu kebersamaannya bukan tempatnya. Teman-teman saya itu namanya anas, jumardin, awal, wawan, ayu, nisa, dila. Tapi kebersamaan itu hanya ada disemester satu, saat kita semester dua kita udah jarang ngumpul lagi soalnya ada yang berhenti kuliah, ada yang malas masuk, dan masih banyak lagi masalah lain.  Saya sangat merindukan mereka dan ingin mengulang kembali masa-masa itu. 
Saya merasa, apa yang saya lakukan selama ini sudah banyak merugikan saya. Saya dibiayai oleh orang tua saya tapi saya malah menyia-nyiakannya. Saya sekarang mau sibuk sama kuliah saya, terlalu banyak waktu yang saya buang untuk waktu-waktu yang tidak berguna. Saya sudah lupa denga niat saya  datang ke Makassar dan semoga ini semua belum terlambat.
            Saya teringat dengan orang tua saya di kampung, saya teringat dengan harapan mereka kepada saya. Mereka itu berharap agar usahanya untuk menyekolahkan saya tidak sia-sia. Dia juga berharap agar kelak setelah kuliah saya selesai saya dapat membantu mereka untuk menyekolahkan adik-adik saya. Jadi bagi saya, ini adalah amanah yang sangt besar buat saya. Semoga saja apa yang diharapkan ibu dan bapak saya dapat terwujud. AMIN!!!!!!!!


              
SEKIAN!!!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar