Di sebuah desa yang damai dan tentram terdapat
sebuah keluarga yang sederhana. Keluarga kecil itu melahirkan seorang anak
gadis yang sangat mereka tunggu-tunngu kehadirannya. LISNAWATI adalah nama gadis itu, kadang dipanggil Lisna. Inna
adalah pangngilan masa kecil saya.
Saya dilahirka
di Bone lapri sulawesi selatan pada tanggal 20 mei 1993 dalam keadaan sehat wal
afiat tanpa kekurangan apapun. Tapi menurut cerita, saat saya ingin dilahirkan,
satu hari satu malam ibu saya mengalami kesakitan dan keluarga berfikiran bahwa
saya dan ibunda saya salah satunya tidak akan selamat. Tapi alhamdulillah
berkat kuasa dan pertolongan allah saya dan ibunda saya selamat melewati masa
yang menegangkan. Mungkin karena anak pertama kali yah jadi agak susah.
Saya
adalah anak pertama dari empat bersaudara, dari pernikahan ibunda Nadira dan
ayahanda Johasan. Adik saya yang pertama bernama Muh. Yakup, adik yang kedua
bernama Makmur Jaya, dan yang ketiga bernama Nabila Sintiawati. Orang tua dan
adik saya sekarang menetap di Mamuju Sulawesi Barat. Orang tua saya ke Mamuju
pada tahun 2000, awalnya ibuku Cuma berangkat sendiri karena dipanggil sama
saudaranya. Waktu itu bapak sedang merantau kedaerah orang dan ibu tidak
sanggup hidup seatap sama nenek saya (mertua ibu) karena ada masalah tertentu
yang belum bisa saya tahu waktu itu.
Ibu saya berasal dari Bone dan bapak dari
Takalar jadi wajar saja kalau saya menguasai bahasa bugis-makassar. saya bisa
dikatakan kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tua saya. Dari kecil
saya sudah hidup terpisah dengan mama-bapak. Kehidupan kedua orang tua saya
dulu bisa dikatakan kurang romantis karena ada masalah orang tua atau dapat
dikatakan nenek saya dari bapak tidak menyukai ibu saya. jadi, yah mereka
sempat memperebutkan saya, tapi walau bagaimana pun juga saya tetap akan memilih
mama yang telah melahirkan saya.
Saat saya mulai ditinggal sama ibu-bapak, saya
jarang sekali bertemu dengan mereka. Saya sangat bersyukur jika bisa bertemu
dengan mereka sekali dalam setahun. Pernah suatu hari saat bapak saya sedang
merantau ke daerah orang, saya dan ibu ditinggal dirumah nenek. Hari itu orang
yang bersama bapak saya berangkat merantau pulang ke kampung. Saya dan ibu
bertamu kerumahnya untuk mengetahui keadaan bapak dan menanyakan kenapa dia
tidak ikut pulang, tapi saat itu saya tidak tahu jawabannya apa.
Hari demi hari berlalu tapi bapak belum datang
juga. Saya sangat kasihan melihat ibu, saya bisa merasakan apa yang dia
rasakan. Selain rasa rindunya kepada bapak dia juga serasa hidup dengan orang
lain karena sikap nenek terhadap ibu yang belum bisa menerimanya. Pada suatu waktu ibu pergi ke
Bone, saya tidak tahu untuk apa. tapi, setelah itu dia tidak kembali. Saya tahu
mungkin ibu saya sudah tidak tahan lagi dengan sikap nenek saya. Sebenarnya dia
mau membawa saya pergi tapi nenek tidak mengizinkan. Sejak saat itu saya tinggal
di Takalar sulawesi selatan bersama nenek dan kakek saya. Saya sekolah disana
sampai saya menginjak kelas tiga SD, setelah itu saya diajak oleh ibu untuk
pindah ke daerah Lapri. Disana saya
tinggal lagi bersama nenek dari ibu hingga sekolah dasar saya selesai.
Belum lama saya berada di rumah ibu, bapak saya
datang untuk mengambil saya, katanya kakek saya kangen. Hari itu saya mau ikut
tapi saat saya melangkahkan kaki saya naik kemobil, saya tidak tahu kenapa saya
tidak bisa meninggalkan ibu saya. Saya langsung berlari mendekati ibu saya dan
menangis sambil memeluknya. Saya dapat melihat kekecewaan diwajah bapak saya.
Tapi saya lebih memilih ibu saya.
Setelah
saya meluluskan sekolah dasar, saya menyusul kedua orang tua saya ke Mamuju. Di
sana saya melanjutkan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Kehidupan
saya saat SMP lumayan bahagia karena saya bisa hidup seatap dengan keluarga kecil
saya yaitu ibu, bapak dan ketiga adiknya. Tapi saat saya melanjutkan sekolah ke
SMA saya kembali berpisah dengan kedua orang tua saya. Jarak sekolah dari rumah
cukup jauh, perjalanan dapat ditempuh selama dua jam, jadi kedua orang tua saya
bersepakat agar saya tinggal di rumah keluarga yang ada di Pasangkayu.
Kehidupan saya di sana dapat dikatakan
menyedihkan karena setiap hari saya harus bekerja sebelum berangkat ke sekolah
dan kadang saya terlambat masuk sekolah karena pekerjaan belum selesai. Saya
hanya bisa menelan ludah karena tak bisa berbuat apa-apa. Sepulang sekolah pun saya
tidak pernah istirahat untuk menghilangkan lelah karena harus membantu om dan
tante jualan COTO MAKASSAR. Kegiatan di sekolah pun saya jarang mengikuti
karena saya tak diizinkan. Maklum om dan tante termasuk orang yang ahli ibadah.
Saya sangat tertekan berda di sana tapi alhamdulillah saya dapat melalui itu
semua dengan kesabaran walaupun kadang saya marah-marah dalam hati saat saya
sudah merasa capek dan pekerjaan masih numpuk.
Setelah saya lulus SMA saya mencoba mendaftar
di UNIVERSITAS TADULAKO Palu. Walaupun
kedua orang tua sempat membuat saya patah semangat karena masalah biaya yang
kurang tapi itu tak membuat saya mundur. Dengan semangat yang luar biasa saya
bekerja diwarung tante untuk mendapatkan uang agar saya bisa melakukan
pendaftaran. Masalah biaya kuliah itu urusan kedua yang penting saya bisa
mendaftar dan lulus. Tapi Allah berkehendak lain, setelah saya mengikuti tes
dan waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Saat saya melihat bahwa saya tidak
lulus, itu tidak membuat saya berputus asa. mungkin rejeki saya tidak terdapat
disana tapi ditempat lain.
Saya
bersama teman yang merupakan tetengga saya di kampung sekaligus teman saya
sejak SMP. Saya berdua melakukan perjalanan ke Makassar untuk beradu nasib,
dan ternyata Allah menakdirkan saya dan
teman untuk menuntut ilmu di UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR. Alhamdulillah
kami lulus di sana dan mengambil jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Waktu itu
Saya sudah lama sekali tidak menginjakkan kaki di kota daeng ini jadi agak
pusing sama jalannya. Tapi untung ada om yang bersedia menampung kami. Kami
sekarang sudah menginjak semester empat. Dikampus, saya orangnya pemalu dan
banyak diam tapi kalau sama teman-temannya didalam kelas saya cerewet juga,
jadi mau dibilang pemalu nggak juga mau dibilang cerewet enggak juga, betulnya
itu yang sedang-sedang aja.
Di
kelas saya menjabat sebagai bendahara kelas dan ayu yaitu teman saya dari
kampung sebagai wakilnya. Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi
saya berusaha bagaimana pun caranya agar kuliah saya bisa selesai dengan cepat
dan mendapat nilai yang memuaskan. Selain saya bercita-cita menjadi seorang guru
saya juga bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal dan karya-karya saya
itu bisa masuk dalam kategori best seller, Amin.
Masa-masa
kuliah saya lalui dengan senyum. Awalnya saya dan teman saya ngekost tapi saya
berfikir dengan saya tinggal di rumah keluarga saya dapat meringankan beban
kedua orang tua saya. Jadi, sejak itu saya pisah dengan teman saya yang bernama
Ayu, maksudnya pisah tempat tinggal. Teman-taman kost saya semuanya baik, kami
kayak satu keluarga. Makan bareng dan kadang satu piring kita berempat makmul
kita Cuma empat orang dalam satu atap tapi beda kamar dan kadang kita juga
tidur bareng dalam satu kamar hehehe maklum penakut. Tapi saat kita udah
semester tiga dan masa kontrakan udah habis kita mencar deh cari tempat tinggal
baru.
Saya
juga mempunyai teman-teman kelompok yang baik. Setiap pulang kuliah kita
ngumpulnya di kost, kadang kalau lagi stres gara-gara tugas tempat pelampiasan
kita itu di tanjung. Hahaha, anak-anak tanjungji pale, tapi yang kita liat itu
kebersamaannya bukan tempatnya. Teman-teman saya itu namanya anas, jumardin,
awal, wawan, ayu, nisa, dila. Tapi kebersamaan itu hanya ada disemester satu,
saat kita semester dua kita udah jarang ngumpul lagi soalnya ada yang berhenti
kuliah, ada yang malas masuk, dan masih banyak lagi masalah lain. Saya sangat merindukan mereka dan ingin
mengulang kembali masa-masa itu.
Saya merasa, apa yang saya lakukan selama ini
sudah banyak merugikan saya. Saya dibiayai oleh orang tua saya tapi saya malah
menyia-nyiakannya. Saya sekarang mau sibuk sama kuliah saya, terlalu banyak
waktu yang saya buang untuk waktu-waktu yang tidak berguna. Saya sudah lupa
denga niat saya datang ke Makassar dan
semoga ini semua belum terlambat.
Saya
teringat dengan orang tua saya di kampung, saya teringat dengan harapan mereka
kepada saya. Mereka itu berharap agar usahanya untuk menyekolahkan saya tidak
sia-sia. Dia juga berharap agar kelak setelah kuliah saya selesai saya dapat
membantu mereka untuk menyekolahkan adik-adik saya. Jadi bagi saya, ini adalah
amanah yang sangt besar buat saya. Semoga saja apa yang diharapkan ibu dan
bapak saya dapat terwujud. AMIN!!!!!!!!
SEKIAN!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar