“mengharap
Hidayah”
Oleh: Lisnawati
Dalam kesunyian malam ku terbangun
Dalam kegelapannya kumelangkah
Dinginnya air menyapu sekujur tubuh-ku
Kesejukannya memberi kedamaian dalam hati
Ku berdiri mengumandangkan takbir
Ku bersujud dan berserah diri
Dalam Tahajjud-ku ku berdo’a
Dalam Do’a-ku ku memohon
Ya Allah tunjukanlah aku jalan yang lurus
Bimbinglah aku dalam langkahmu
Sinarilah aku dengan Hidayahmu
Pada bait pertama “Dalam kesunyian malam
kuterbangun” pada kata tersebut seorang pengarang menceritakan dirinya yang
sedang mengalami kegundahan di tengah
malam. “Dalam kegelapannya kumelangkah” seorang pengarang bangkit untuk mengurangi
kesedihan hatinya. “Dinginnya air menyapu sekujur tubuhku” seorang pengarang
ingin membuang semua rasa gelisahnya dengan berwudhu. “Kesejukannnya memberi
kedamaian dalam hati” pengarang merasakan kedamaian.
Pada bait kedua “ku berdiri
mengumandangkan takbir” pengarang berharap dengan sholat dia dapat menemukan
jawaban atas apa yang dia hadapi. “kubersujud dan berserah diri” pengarang
bersujud memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah karena apa yang dia
miliki semua milik Allah. “Dalam Do’a-ku ku memohon” pengarang memohon kepada
Allah agar apa yang menimpanya dapat menambah ketabahannya menghadapi cobaan.
Pada bait ketiga “ya Allah
tunjukan aku jalan yang lurus” pengarang memohon kepada Allah agar ditunjukkan
jalan keluar atas segala yang menimpanya. “Bimbinglah aku dalam langkahmu”
pengarang mengharapkan bimbingan Allah agar kehidupannya bisa lebih baik lagi.
“Sinarilah aku dengan hidayahmu” pengarang berharap agar Allah selalu
memberinya hidayah dan selalu berada di atas jalan yang benar.
2.
Metafora
Engkaulah
mutiaraku
Yang
begitu berharga dan sulit untuk di dapatkan
Engkau
bersinar walaupun jauh didasar lautan
Engkaulah
yang selama ini aku cari
(Lisnawati “Ilmu adalah cahaya)
Dalam penggalan puisi di atas pengarang mengumpamakan ilmu itu seperti mutiara di dasar lautan yang sangat mahal, berharga, dan penuh pengorbanan untuk meraihnya.
3. Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan
fakta yang ada. Contoh;
Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta
yang ramai ini.
Apa yang penulis rasakan
bertentangan dengan suasana yang ada disekelilingnya yaitu dia merasakan
kesendirian walaupun sedang berada di kota yang ramai.
4. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan
makna yang bertentang dengan maksud menyindir
Contoh:
Indahnya wajahmu dari kejauhan
Membuatku merinding dan tak
berkedip
Indahnya senyummu dari
kedalaman
Membuatku mual dan tak
bernafsuh
(Lisnawati)
Kata pada penggalan puisi di
atas yang bermakna ironi adalah “indahnya wajahmu dari kejauhan” dan “indahnya
senyummu dari kedalaman” yang sebenarnya tidak sesuai dengan maksud pengarang.
5.
Otonomi
Pahlawan Tak Dikenal
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi
bukan tidur, sayang
Sebuah
lubang peluru bundar di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia
tidak ingat bilamana dia datang
Kedua
lengannya memeluk senapan
Dia
tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian
dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah
sunyi setengah tengadah
Menangkap
sepi padang senja
Dunia
tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia
masih sangat muda
Hari
itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang
ingin kembali memandangnya
Sambil
merangkai karangan bunga
Tapi
yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh
tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi
bukan tidur, sayang
Sebuah
lubang peluru bundar di dadanya
Senyum
bekunya mau berkata: aku sangat muda
1955
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Tema
Puisi
“Pahlawan Tak Dikenal” menggambarkan kepahlawanan seorang pejuang yang gugur
saat usianya masih muda demi membela tanah air. Jadi, tema puisi tersebut
perjuangan dan kepahlawanan.
Perasaan
Perasaan
penyair dalam puisi yaitu terharu, penyair terharu melihat seorang pahlawan
yang rela mati demi negara.
Nada
Puisi
“Pahlawan Tak Dikenal” memiliki nada kepahlawanan dan perjuangan.
Amanat
Amanat
puisi “Pahlawan Tak Dikenal” menyuruh kita atau pembaca untuk menghargai jasa
pahlawan.
Larik
“Pahlawan
Tak Dikenal” tediri atas dua puluh larik. Larik-larik tersebut saling
berhubungan membentuk lima bait.
Bait
Puisi
“Pahlawan Tak Dikenal” terdiri atas lima bait. Bait pertama, kedua, ketiga,
keempat dan kelima terdiri atas empat larik.
Pertautan
bait
Bait-bait
yang terdapat dalam puisi saling berhubungan dalam mengungkapkan isi puisi.
Bait pertama sampai kelima menggambarkan kepahlawanan seseorang yang masih
muda.
Pengimajian
Bait
pertama, kedua, keempat, dan kelima menggunakan imaji penglihatan karena “apa”
yang diungkapan pada bait tersebut seakan-akan dapat dilihat. Bait ketiga
menggunakan imaji pendengaran karena “apa” yang diungkap seakan-akan dapat
didengar.
Rima
Bait pertama, ketiga, dan keempat memiliki
bunyi akhir baris yang tidak sama. Bait kedua memiliki persamaan bunyi ng di
akhir baris. Bait kelima, baris pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi ng,
sedangkan baris ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi a.
6.
Diksi/Bentuk
Diksi
yang digunakan dalam puisi pahlawan tak
dikenal adalah kata-kata yang bermakna denotasi dan konotasi.
7.
Tone/Nada
Puisi
“Pahlawan Tak Dikenal” memiliki nada kepahlawanan dan perjuangan.
8.
Simile
Senyummu bagaikan salju
Dingin dan membeku
Matamu seperti pelangi
Indah dan menawan
Simile
merupakan majas perumpaan yang menggunakan kata seperti, bagaikan, dan
lain-lain. Kata yang mengandung majas simile pada puisi diatas yaitu; senyummu bagaikan salju dan matamu seperti pelangi.
9.
Onomatopea
Dinginnya malam
menngantarku ke alam mimpi
sisa air yang turun dari
genteng
ssetelah hujan turun
masih terdengar
tik...tik...tik...
begitulah bunyinya
onomatopea pada puisi diatas yaitu (tik...stik...tik)
yang menirukan suara hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar